Belajar Ikhlas dan Bangkit

Semenjak kejadian 2018 yang udah aku ceritain di tulisan Kenapa harus ada tahun 2018? Aku tetep nyoba terus untuk bangkit dari keterpurukan terparah dalam sejarah hidupku.

Pasalnya, urusan hidup dan mati emang bukan pekara biasa. Ini urusan hebat.

Setelah kejadian itu, aku memang perlahan coba melakukan hal lainnya yang mungkin dapat membuatku sedikit tenang dari kenyataan yang perih itu.

Tapi, namanya manusia. Aku paling gak bisa kalau udah melihat istri dengan tatapan sedih. Paling nggak bisa banget. Aku malah kadang ikut meleleh dalam keadaan itu.

Memang belum sepenuhnya bisa menerima kenyataan.

Hanya saja, aku harus terima. Makanya, hampir sebulan setelah anak pertamaku meninggal, aku seperti orang yang bingung. Makan gak enak, tidur gak nyenyak. Hampir semuanya gak nyaman.

Perlahan aku coba mulai ngeblog lagi, belajar buat video lagi.

Akhirnya memasuki bulan ke-2 aku bersyukur sudah mampu untuk ikhlas menerima kenyataan ini. Meskipun kadang-kadang suka pedih, tetep aja aku harus kuat.

Memutuskan jalan-jalan

Aku memang orang yang gak terlalu suka jalan-jalan, contoh seperti hari libur nasional : https://www.traveloka.com/libur-nasional. Aku tetep aja pilih di depan komputer, buat konten, publish. Tiap bulan dapet uang. Hehehe.

Introvert emang beda pola pikirnya.

Cuman entah gimana ceritanya, istriku memutuskan untuk mengajakku jalan-jalan. Tanpa hal yang terencana, dia malem-malem sebelum tidur bisikin “Kak, besok kita jalan-jalan ke Dumai, ya.”

Aku yang sudah campur mengantuk, Cuma membalas “Ya.”

Paginya, ternyata dia beneran dengan ucapannya. Aku diminta mandi lebih awal, pakaian sudah disiapkan. Akunya juga masih bingung, jalan-jalan gak ada rencana gini yang buat aku takut.

Bukan takut kenapa-kenapa, tapi takut lama pulangnya. XD

Perjalananpun dimulai. Aku dan istri pagi-pagi udah otw di roro penyebrangan supaya sampai di Dumai tidak terlalu siang.

Jam 09.00 aku sampai di Sungai Pakning dan melanjutkan perjalana menuju kota Dumai.

Karena lamanya aku gak jalan-jalan, rasanya kok aku seneng banget bisa melihat dunia luar lagi. Kalau dihitung mungkin ada 1 tahun terakhir aku fokus di rumah aja. Nyenengin istri. Sampe saudara pada bilang “Istrimu gemukan, ya Ru…”

Aku cuman jawab meringis doang.

Ternyata istriku emang tau apa yang harus dilakukan saat dalam kondisi seperti ini. Selama di jalan, aku bener-bener gak mau bawa kendaraan laju, tapi santai dan sangat menikmati sekali.

Jam 11.30 kami sampai di Kota Dumai. Melanjutkan perjalanan ke Tempat saudara istri yang kebetulan sedang mengadakan pesta pernikahan anaknya.

Keesokan harinya, istri lagi-lagi pengen buat pikiranku tenang dan fokus lagi untuk buat konten. Baik blog atau video di Youtube.

Soalnya, sudah lebih dari 2 tahun aku udah gak ngurus blog. Lebih tepatnya cuman makan hasilnya doang. Meksipun begitu, tahun-tahun sebelumnya aku juga seperti nggak pernah santai. Setiap hari optimasi.

Singkat cerita, istri mengajakku untuk menembus batas ke 2 Pantai yang ada di Rupat Utara. Aku yang belum pernah ke sana ini, jadi antusias juga buat ikutan.

Awalnya males, sekarang jadi gemes.

Ditemani Adek dan Saudara istriku sebagai Tour Guide kami, perjalanan pun dimulai.

Berangkat dari Dumai jam 08.00 dan ternyata jam 9.00 kami baru berangkat. Setelah sampai di pulau rupat, kami melanjutkan menuju Rupat Utara yang kalau dilihat dari Google Maps.

INI JAUH SEKALE PEMIRSAHHHHH…

Melewati jalanan yang penuh debu, menanjak, jalan yang hancur sana-sini, akhirnya kami sampai setelah melewati 3 jam perjalanan dengan 1x istirahat minum doang, buang air kecil dan lanjut lagi.

Fiuh……….

Sampai di sana bukan malah melihat pantai dulu, kami kelaparan tentunya memutuskan makan bekal yang sudah kami siapkan di awal.

Memang lapar, beneran. Nggak becanda, semua makanan habis.

Aku lega. Bisa makan bersama di tepi pantai. Sambil makan, sambil menikmati indahnya pantai Rupat Utara ini.

Setelah selesai makan, aku ambil beberapa shoot untuk video di Youtube, udah selesai kami lanjut ke pantai ke-2. Berhubung waktu makin banyak terbuang, selesai ambil shoot kami berempat langsung lanjut perjalanan pulang.

Kurang lebih memakan waktu yang sama. Tapi, setelah sampai di Roro Penyebrangan. Kami di larang masuk dan Kami terjebak Cerita lengkapnya tunggu aja di Blog Personal.

—o0o—

Apa hikmah terbesar yang aku dapatkan dari perjalanan ini?

Pertama

Tidak ada hal yang lebih rumit daripada kita bersyukur. Tuhan memberi kita ujian bukan justru ingin kita lemah menghadapinya. Membuat kita jatuh dan meratapi keterpurukan.

Justru, Tuhan ingin menaikkan level kita untuk lebih kuat menghadapi masalah yang lebih berat dari ini. Ujian yang lebih sulit dari ini. Tuhan lebih hebat soal sekenario. Manusia hanya pembuat sekenario, tapi Tuhan penentu hasil dari buatan kita.

Kedua

Belajar ikhlas itu sebenarnya mudah. Hanya kita yang membuatnya sulit.

Kamu sudah belajar Ikhlas dengan kenyataan yang ada, belom?

Pangeran Wortel pamit, See you…

About Pangeran Wortel

Personal guide blogger sejak 2010 dan suka membahas tips blogging, desain blog, belajar SEO, serta hal menarik lainnya.Salam kenal..

View all posts by Pangeran Wortel →

7 Comments on “Belajar Ikhlas dan Bangkit”

  1. Wah… lama sekali tidak keluar rumahnya.

    Saya pengen banget jalan-jalan ke Dumai. Pasti asyik ya. Jadi penasaran petualangan kalian di sana lho

  2. Hallo mas Admin, kehilangan memang sangat sulit, apalagi kehilangan orang yang kita cintai, namun semangat untuk bangkit dan terus bergerak adalah keharusan mastah. Tetap semangat dan terus berkarya. Bangkit dan bergerak mastah, hidup tidak pernah berhenti, turut sedih atas cerita di atas, namun semangat untuk bangkit itu yang membuat saya kagum.

    Tetap semangat dan terus berkarya. Terima kasih mas, blognya sangat bermanfaat, banyak ilmu saya dapat pelajari di sini, terutama tulisan dan skrip tentang halaman about me yang ada dalam blog ini.

    terus berkarya.. salam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.